Siswa memang saat ini berbeda dengan anak zaman dahulu, dulu anak anak suka membaca atau didengarkan dongeng pendek fabel misalnya dongeng pendek kancil. Ada juga yang juga orang tua yeng memberi dongeng singkat cinderella, cerita dongeng rakyat bahkan dongeng pendek lucu. Untuk saat ini Cerita Dongeng Pendek sangat bervariatif, dari berbagai versi bahasa banyak kita temui misalnya cerita dongeng pendek bahasa inggris, dongeng pendek bahasa sunda bahkan sekarang lebih menarik dengan adanya cerita dongeng bergambar.
Berikut ini Cerita Dongeng Pendek Sangkuriang dan Asal Usul Gunung Tangkupan Perahu. Semoga bisa membantu adik adik dan orang tua dalam mengenalkan legenda lokal.
Cerita Dongeng Pendek Sangkuriang dan Asal Usul Gunung Tangkupan Perahu
Pada jaman dahulu, di daerah Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang cantik bernama Dayang Sumbi. Dayang Sumbi mempunyai seorang anak laki-laki yang ia beri nama Sangkuriang. Sangkuriang sangat suka berburu di dalam hutan. Saat berburu, Sangkuriang selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang ia beri nama Tumang. Dan Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, sekaligus juga bapak kandung Sangkuriang, namun Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya sengaja merahasiakan pada anaknya.
Baca Juga : Tempat wisata Gorontalo
Pada suatu saat, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah tiba di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Sangkuriang melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di sebuah dahan, tanpa berpikir panjang ia langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang kemudian memerintah Tumang untuk mengejar buruannya burungtadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena Tumang tidak mau menuruti membuat Sangkuriang sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang marah lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersama Sangkuriang lagi.
Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya jika telah mungusir si Tumang. Begitu mendengar cerita dari Sangkuriang, Dayang Sumbi sangat marah besar. Ibundanya marah dengan mengambil sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
Setelah mengusir Sangkuriang, Dayang Sumbi kesepian dan sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali suatu saat. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
Sangkuriang
Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara karena keluar dari rumah, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya ingin ketemu orang tuanya. Sesampainya di kampung, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total tidak seperti udlu. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena Sangkuriang terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang tidak berfikir panjang dan langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat.
Pada suatu hari setelah menikah, Sangkuriang meminta ijin calon mempelai wanita untuk berburu di hutan melakukan kesukannya. Sangkuriang sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Dan anehnya bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Dayang Sumbu terus bertanya dan setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon mempelai laki-laki tersebut adalah anaknya sendiri.
Dayang Sumbi sangat bingung sekali bagaimana harus menjelsakannya, karena dia tidak mungkin menikah dengan anak kandung sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka karena masih ada ikatan darah. Tetapi permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.
Dayang Sumbi
Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya suatu hari Dayang Sumbi menemukan cara terbaik untuk mengagalkannya. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang dan Sangkuriang harus mengabulkannya. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan ibu dari anaknya, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Adapaun syarat yang pertama Dayang Sumbi ajukan adalah ia ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.
Baca Juga : Tempat wisata yang cocok untuk selfie
Dengan percaya diri Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan ia juga berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang mengerjakan permintaan dayang sumbi itu, Sangkuriang mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dayang sumbi, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.
Dayang Sumbi tak kehabisan akal lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika Sangkuriang melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi agar bisa menikahinya.
Saat itulah dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Saat marah sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.